
Matanya berbinar cerah ketika selesai menghitung uang dikantongnya, dgn tersenyum dilangkahkannya kaki menuju bus yg akan membawanya ke tempat yg selama ini ditnggalinya, sebuah gubuk kecil di pinggir sungai...
"emak pasti senang menerima uang ini" ujarnya, dalam pikirannya masih terbayang bagaimana tadi pagi emak nya marah besar ketika dia dan adiknya minta makan. "sudah jangan merengek, emak gak punya uang utk beli nasi, kalian bs nya hanya minta saja, dasar anak2 ga tau diuntung".
surti, adiknya yg berumur 6 tahun menangis tanpa suara, disatu sisi rasa lapar tak tertahankan baginya, disisi yg lain, emak yg slama ini sabar mendengar celotehannya tlah berubah menjadi sesuatu yg diluar bayangannya. Dipeluknya surti, diberinya roti yg didapatnya dari seseorang disekolah pagi tadi, sambil berbisik "makan ini dulu ya dik, kakak pergi dulu mencari uang, kasihan mama gak punya iuang, nanti kl kk dapat uang, qta makan nasi pake telor." diciumnya pipi surti dan ia pun pergi ke luar.
dengan mata lelah, dipandangnya sekeliling bis kota itu, beragam manusia saling berhimpit berdesakan dgn wajah berantakan dan lelah, yang mungkin punya tujuan yg sama dgn nya yaitu RUMAH...
Dari pagi, tanpa lelah dia berkeliling di jalanan dan pasar, dengan modal tepukan tangan, bernyanyi ia lagu peterpen dgn suaranya yg cempreng, dengan slalu tersenyum diedarkannya sebuah bungkus permen utk mendapat sedikit penghargaan dari orang yg mendengarkan. tak jarang ia hanya mendapat gelengan kepala, bahkan sesekali ia mendapatkan makian dari yg punya warung.
Sesekali dia tawarkan para pembeli dan pedagang utk membantu mengangkat barang bawaan, dan tak heran sebuah kardus besar itu membebani tubuh kecil tak berdaging itu. dia senang,, dia selalu tersenyum.. di pikirannya hanya terbayang wajah emak.. dia ingin emak seperti dulu.. tersenyum.. ya, iya rindu senyum emak.. semenjak ayah di PHK, keluarganya slalu kesulitan uang, dan emak... emak tak seperti dulu lg, dia lbh byk murung,, dan tak jarang meledak dgn kemarahannya.. Tapi itu tak kan terjadi lagi, pikirnya, dia akan terus mencari uang, dan emak akan terus tersenyum...
Tersadar akan lamunannya, dia melihat sekelilingnya, sebentar lg sampai, batinnya berbisik.. diambilnya uang dari kantong celana, dimasukkannya kedalam amplop yg dibelinya td diwarung, lalu dituliskannya pada sisi depan amplop itu "Untuk emak tersayang, agar tetap tersenyum.."
Dia turun dari bus sesegera mungkin, diseberang jalan dilihatnya seorang wanita lusuh sedang kebingungan mencari sesuatu.. itu emak, batinnya.. dipanggilnya dan segera mungkin dilambaikan tangannya ke arah emak..
emak melihatnya.. dgn muka merah dan kening berkerut ia berteriak "dasar anak bandel, dari mana saja kau sore begini baru pulang.."
dia terkejut, tak menyangka kan begitu, wajahnya pucat pasi, kakinya tak bergerak, disitu, ditengah jalan itu, tanpa terlelakkan, tubuhnya terlempar akibat benturan dgn mikrolet.. wajahnya merah.. darah.. dia hanya bisa merintih kesakitan, tanpa terasa air matanya tlah mengalir bercampur darah..
emak berteriak kesurupan, naluri keibuannya memecah keramaian jalan, dipeluknya anak sulungnya itu, air matanya yg mengalir deras tak dpt menghapus penyesalannya, sambil mencium anaknya, tak lepas kata maaf terucap dari bibirnya...
dia hanya diam ,kesakitan, yg diinginkannya hanya senyum emak, tapi kenapa emak tidak tersenyum, kenapa emak menangis, apa yg tlah diperbuatnya sampai emak menangis, perlahan pandangannya kabur, napasnya terceking, dan ketika pandangannya kembali, emak masih menangis.. dia gagal, dia tak bisa membuat emak tersenyum lagi.. sebelum terlelap, sekilas sesosok putih tersenyum padanya, seulas senyum sang malaikat...
yang tersisa hanya amplop putih bernoda darah, "Untuk emak tersayang, agar tetap tersenyum"...