Senin, 11 Januari 2010

Pak Sastro dan ketuusan cintanya..

Pak sastro adalah seorang guru SD di desanya. Seorang pria 47 tahun yang telah 25 tahun lebih ia mengabdikan dirinya di sekolah itu. Hanya sepeda sederhana yang dipunyainya.

Banyak hal yang bisa ku pelajari dari sosoknya. Kesederhanaan, kecintaannya akan profesinya, kearifannya dan salah satu yang sangat menyayat hati q ialah caranya mengartikan cinta.

Pak sastro tlah 4 tahun ditinggal mati istrinya akibat wabah DBD yang menjangkiti desanya. Tanpa anak, pak sastro merelakan orang yang dicintainya itu menghadap sang pencipta.

Kini ia tinggal berdua dengan ibu mertuanya yang lumpuh akibat terkena stroke. Dirawatnya orang tua itu, disuapinya ketika hendak makan, dibersihkannya kotoran ketika beliau buang hajat, bahkan tak jarang ia sekedar duduk bercerita sekedar utk menyemangati sang mertua.

4 tahun, tanpa anak, dan ia tetap setia merawat mertuanya itu. Tanpa terpikir sedikitpun untuk mencari pengganti istrinya. Tlah banyak yang menyarankannya, tapi ia hanya tersenyum menanggapinya, sesekali dia hanya menjawab 'jodoh q dah q dapatkan, ia hanya pergi lebih dulu dari q, menunggu diatas sana, jadi mo nyari yg mana lg?'

pada suatu kesempatan, akhirnya q beranikan untuk menanyainya tentang masalah pribadinya. Q tanyakan padanya seberapa besar ia mencintai istrinya.
'kalau pak dokter sudah punya istri?' ia bertanya balik pada q.
'belum pak' jawab q singkat.
'sudah pernah jatuh cinta?' lanjutnya
'ya'
'seberapa besar?' akhirnya pertanyaan q dibalikkannya pada q
'aq ga tau, apa yg paling besar yang pernah q temui, mungkin sebesar itu cinta q' kata q dgn mantap ' tapi sepertinya sebesar apapun cinta q tak sebesar cinta bapak pada ibu, mungkin aq gak sanggup melakukan apa yg bpk lakukan skrg' tambah q.
Dia lalu tertawa 'cinta q gak sebesar itu dok, cinta q hanya semampu q, seberapa yg diizinkan Tuhan pada q utk mencintai ibu, krn aq tak mungkin pernah bs mengambil cinta q pada Tuhan q tanpa seizinNya.'

5 menit sudah aq terdiam dgn wajah memerah, q teguk secangkir kopi utk menenangkan batin q. Dan pak sastro pasti bisa merasakan kegelisahan q ini.
'pak dokter pasti jg pengen bertanya kenapa aq menghabiskan hari q utk merawat ibu mertua q bukannya mencari cinta baru lg diluar sana, ya kan?' lanjutnya
aq mengangguk mengiyakannya
'cinta q ke almarhumah itu ibarat kopi susu ini dok, komplit. Aq mencintainya utk smua kelebihan dan kekurangannya. Dan aq mencintainya juga termasuk utk mencintai keluarganya. Aq tau seberapa bsr cintanya kepada ibunya, makanya aq jg mencintai ibunya sebesar itu. Ibunya sudah menjadi ibu q jg, dan ketika almarhumah tidak ada, bukan berarti cinta q ke ibunya ikut hilangkan? Aq bahkan merasakan kehadirannya saat bersama ibunya, dan aq sudah cukup senang utk itu'
'jadi bapak tidak akan pernah mencari pengganti?' Kata q
'cinta q itu milik Allah, jika ia menghendaki sebagian lagi dari cinta q utk wanita lain tak mungkin dapat q tolakkan?' lanjutnya sambil tertawa.

'Yang penting satu hal pak dokter. Cintailah dengan ikhlas. Insya allah apapun yg terjadi adalah yang terbaik, yg dpt qta lakukan adalah memberikan seluruh cinta qta kepada sang pemberi cinta, dan biarkan Dia yang menuntun qta utk membagikan cinta itu ke orang yg kan mendampingi qta seumur hidup' tuturnya sambil tersenyum.

Yah, begitu lah pak sastro, cintanya hanya sederhana, tapi bermakna. Mencintailah dengan keikhlasan..

(cerita ini hanya sebuah fiksi yg diinspirasi oleh kisah nyata)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar